Menikmati keindahan panorama daerah di Jawa Barat memang tidak ada habisnya. Selain banyak tempat-tempat wisata eksotis, masyarakatnya pun ramah, gemah, ripah, lohjinawi (ebujugghh... jadi kayak semboyan kota Bogor itu mahh!!). Okee.. salah satu keindahan panorama yang akan dibahas disini ada di daerah Cianjur. Dimana daerah Cianjur sendiri terkenal dengan berasnya (Pandan Wangi), ternyata Cianjur juga menyimpan salah satu keindahan panorama air terjunnya 'Curug Citambur'.
Pesona keindahan Curug Citambur ini dapat kita temui tepatnya di Desa Karang Jaya, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Dengan peta dan Koordinat GPS: 7° 11' 35.25" S 107° 14' 2.20" E. Curug Citambur memang belum sepopuler Curug Malela dan Curug Cimahi. Tapi untuk keindahan panoramanya, dijamin tidak kalah ekostis dibanding dua curug yang populer tadi. Curug Citambur berada diperbatasan Ciwidey dan Kabupaten Cianjur. Namun masih banyak para wisatawan yang masih belum mengetahui objek wisata curug ini. Hembusan jutaan volume air terjun bebas dari tebing yang berketinggian kurang lebih 100 meter. Menurut warga sekitar dan pemerintah setempat yakin, curug ini berketinggian 130 meter. Semburan uap airnya sangat deras dari jarak 50 meter padahal dari kolam limpasan aja, bukan kolam utama. Konon, dulu debit air Curug ini lebih besar daripada sekarang sehingga jatuhan air nya mengeluarkan suara mendebur yang terdengar dari kejauhan, oleh sebab itulah Curug ini diberi nama Citambur.Tepat hari Sabtu, 5 September pukul 05.00 wib kami berangkat dari sekretariat Punakawan AdEx (Sawangan), untuk ngtrip ke Curug Citambur Pasirkuda Cianjur. Untuk tim yang berangkat kali ini terdiri dari 7 personil diantaranya, Kamino ‘Mikel’, Ari ‘Ajex’, Gani ‘Bedul’, Indra ‘Boy’, Ade ‘Babeh’, Fitrah ‘Vitax’ dan Winda ‘Abok’. Perjalanan ini memakan waktu, kurang lebih sekitar enam jam selama dua kali beristirahat (Stop Point). Istirahat pertama di pertigaan daerah Cianjur Kota setelah melewati Cibodas (Puncak). Tiba disini (Stop Point Pertama) sekitar jam 08.00 wib, sekaligus bertemu dengan rekan Indra 'Boy', yang sebelumnya berangkat dari Cihampelas (Bandung) dan telah menunggu sekitar kurang lebih 2 jam di sebuah kedai kopi dan bubur ayam dekat pertigaan Cianjur Kota. Selama kurang lebih satu jam kami istirahat di kedai kopi dan bubur ayam ini untuk sekedar sarapan pagi, ngopi, ngerokok dan rebahan sesaat. Kemudian perjalanan dilanjutkan kembali menuju stop point kedua (Desa Sukanegara) tepat sekitar pukul 09.00 wib.
Sebelumnya juga kita sempat bertemu dengan rekan Ade 'Babeh', tepat di pom bensin Tajur (sebelum Ciawi - Bogor) pukul 06.00 wib. Rekan Ade 'babeh' berangkat dari Jatinegara (Jakarta) dan menunggu kami yang berangkat dari Depok selama kurang lebih satu jam. Setelah bertemu rekan 'Babeh' disini (pom bensin), sempat beristirahat sebentar (15 menitan) lalu mengisi bensin, lalu perjalanan lanjut ke Cianjur.
Selama kurang lebih satu setengah jam dari pertigaan Cianjur tadi, akhirnya kami berhenti untuk stop-point kedua. Tepat disebuah warung kopi 'Nceu Areum' di daerah Sukanegara, yang barada dipinggir jalan disekitar jalur hutan. Sebelum sampai disini, kami melewati dua daerah kecamatan yaitu Cibeber dan kecamatan Campaka. Di kiri dan kanan Warung kopi ini sudah banyak hutan-hutan, kalo dipikir "Gregett... juga buka lapak warung kopi disini, koq jualan hampir pas dipinggir jalan jalur hutan yakk??!!". Tapi masa bodo lah, yang penting kami dapat istirahat disini untuk sampai nantinya ke Curug Citambur dengan selamat, sehat dan sentosa (eeyyaaalahhh...!! apa cobaa??).
Selama kurang lebih satu setengah jam beristirahat, mengisi tenaga untuk perjalanan selanjutnya. Kami pun sempat bertanya-tanya mengenai Curug Citambur kepada dua orang bapak-bapak TNI, yang kebetulan sedang istirahat di warung 'Nceu Areum' ini. Setelah satu setengah jam istirahat disini, perjalanan pun dilanjutkan menuju ke Curug Citambur, daerah Pasirkuda. Berselang dua setengah jam berjalan melewati daerah kecamatan Sukanegara, Pagelaran dan Tanggeung. Akhirnya kami tiba di daerah kecamatan Pasirkuda. Sebelumnya kami sempat berbelanja di sebuah minimarket sebelum sampai pas dilokasi. setelah kurang lebih setengah jam istirahat ditempat ini, perjalanan pun dilanjut menuju lokasi.
hmmnnn...!! sebelumnya kami sempat tersasar kurang lebih sekitar satu kilometer. Karena memang tanda untuk menuju ke lokasi Curug Citambur ini sangat kecil dan letaknya agak kurang terlihat dari jalan umum. Akses jalan ketempat lokasi memang cukup sulit, tapi semua akan terbayar ketika kita telah memasuki pintu gerbang "Selamat Datang di Curug Citambur", letaknya persis di seberang kantor Desa Pasirkuda.
Akhirnya sampai di tempat tujuan, berjarak 500 meter dari gerbang masuk, kita sudah bisa melihat indahnya curug ini. Tepat setelah pintu masuk Curug Citambur, terdapat Rawa Lewi Soro yang menurut warga setempat merupakan danau alami. Sebelum masuk, seperti biasa kita harus membayar tiket retribusi wisata sebesar 7 ribu rupiah per-orang. Wanawisata ini sebagian masih diolah oleh warga lokal, meskipun sudah dipegang oleh perhutani.
Kondisi di sekitar Curug Citambur masih sangat alami. Tepat setelah pintu masuk Curug Citambur terdapat Rawa Lewi Soro yang menurut warga setempat merupakan danau alami. Bila musim kemarau, air di danau ini akan berwarna tosca. Leuwi Soro banyak dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk mencuci, kebutuhan air, bahkan tempat bermain anak-anak. Untuk menuju Curug Citambur, kita akan bertemu dengan jalan berbatu dari gerbang masuk ke curug. Setelah itu kita bakal menemukan pelataran luas yang menjelma jadi tempat parkir. Dari tempat parkir untuk sampai ke curug Cuma 100 meter, cukup berjalan sekitar 10-15 menit dengan menyusuri jalan setapak.
Sekitar jam 15.00 wib setelah membayar karcis retribusi masuk, kami pun memarkir si kuda besi dan beristirahat sejenak sekitar setengah jam. Setelah itu, tepatnya jam 15.30 wib sampai 17.00 wib kami lanjut untuk survey ke lokasi air terjun, mencoba mencari data-data primer & sekunder dan juga mencari tempat menginap (vila) disekitar lokasi air tejun malam ini. Karena hari menjelang senja dan tidak dapat menemukan tempat bermalam (vila), maka kami sepakat untuk membuka tenda di area camping-ground (pas ditempat parkir kendaraan). Serta pencarian data-data air terjun pun kami tunda hingga esok, karena saat senja warung-warung sekitar dan rumah penduduk sekitar sudah hampir tidak ditemukan aktifitas. Perlu digaris bawahi, di lokasi wisata ini ternyata jika menjelang senja sudah sangat sepi sekali aktifitas penduduk. Desa/tempat ini mirip seperti desa tak bertuan, jika telah memasuki malam sungguh sepi sekali. Untuk fasilitas yang ada pada lokasi wisata sebenarnya sudah terdapat mushola, MCK, warung makan, listrik dan tempat penginapan. Namun karena kami tidak dapat informasi mengenai tempat penginapan yang tersedia, akhirnya kami membuka tenda.
Malam kian bergulir, waktu menunjukkan pukul 19.00 wib, selama istirahat melalui malam kami semua bergantian berjaga. Karena tidak semua tim dapat beristirahat didalam tenda, mengingat kapasitas satu tenda hanya memuat empat orang itupun ditambah barang-barang perlengkapan kami. Personil yang pertama istirahat adalah Indra (Boy) & Gani (Bedul), sementara Fitrah (Vitax), Ade (Babeh) dan Winda (Abok), mendapat giliran berjaga pertama yang dimulai pukul 19.00 wib – 23.00 wib. Setelah rekan Gani (Bedul) cukup istirahat, maka lanjut giliran berjaga kedua didekat tenda. Sedangkan Kamino (Mikel) & Ari (Ajex) standby-jaga-rebahan di warung warga (yang tutup) tepat diatas camping-ground sampai pagi menjelang.
Suhu udara malam itu sekitar 18 derajat celcius, kondisi ditempat kami nge-camp agak samar-samar terangnya karena lampu-lampu penerangan di lokasi terbatas hanya dari warung & rumah warga sekitar saja. Diiringi suara derik jangkrik dan deburan air terjun dari kejauhan, serta kondisi malam saat itu agak berangin. mengingat kontur lokasi wisata berbukit dan lembah, yang membuat angin mendorong turun ke sekitar lembah. Perlu digaris bawahi disini adalah, apabila kita camping disini, sebaiknya kita jaga barang bawaan/makanan kita ke dalam tenda. Karena bila malam berselang, anjing peliharaan warga sering berkeliaran mencari makan disini. Tepat pukul 24.00 wib kami semua akhirnya dapat istirahat (namun tetap awas), setelah seharian tadi lelah dalam perjalanan sepanjang kurang lebih 70 kilometer.
Pagi harinya tepat jam 07.00 wib, kami semua berkumpul sarapan dan merencanakan untuk pengambilan data primer dan sekunder (informasi, video dan gambar) di lokasi. Tepat jam 8.00 semua tim bergerak, tim saat itu dibagi dua bagian. Bagian pertama (Ari, Ade & Winda) bertugas mencari informasi seperti mewawancarai warga sekitar, sedangkan bagian kedua (Kamino, Fitrah, Gani & Indra) bertugas mengambil data gambar dan video. Berbicara mengenai sejarah lokasi wanawisata disini, kami tidak dapat mengorek informasi tentang sejarah & legenda dari Curug Citambur dari warga sekitar. Karena warga sekitar enggan menceritakan hal ini, kecuali dapat diceritakan oleh juru kunci (kuncen) dari Curug Citambur sendiri. Sedangkan untuk bertemu dengan kuncen, kami disarankan harus melewati satu desa dari sini (jauhh broo...!!). Selesai dengan pengambilan informasi (data sekunder & primer), sekitar pukul 11.00 wib kami semua berkumpul kembali di tenda. Sambil crosscheck mengenai apa saja yang telah kedua tim dapatkan, setelah semua selesai kami semua menuju air tejun untuk menikmati wisata Curug Citambur ini.
Cuaca siang saat itu di lokasi cerah sekali, sambil menikmati indahnya air terjun ini, tak hentinya kami kagum pesona dari salah satu tujuh air terjun tertinggi di Indonesia ini. Terdapat dua jalur untuk menuju bagian bawah Curug Citambur. Pertama dengan mengikuti aliran irigasi ke arah jatuhan air terjun tetapi tidak disarankan bila volumenya besar, dan mengambil jalan setapak ke arah kebun warga dan melewati pematang sawah hingga ke aliran sungai dan tingkatan terakhir Curug Citambur. Jalan setapak ini memang bukan jalur untuk pengunjung, melainkan jalur warga untuk menuju kebunnya, sehingga pengunjung yang akan turun ke sungai sebaiknya berhati-hati agar tidak merusak tanaman. Hampir semua warga lokal disini mata pencahariannya bertani, berternak & berkebun. Vegetasi alam disekitar wanawisata hampir didominasi oleh hamparan kebun teh. Lokasi yang cukup tepat untuk mengabadikan keindahan Curug Citambur sebenarnya dari lokasi yang paling bawah, karena cipratan airnya tidak akan terlalu besar dan hanya akan kena bila ada angin.
Sebaiknya hati-hati bila sudah di air terjun, karena untuk tulisan pemberitahuan dan sarana keamanan di curug ini masih sangat kurang, bahkan kami melihat saat ini memang tidak tersedia. Sungguh tragis sekali apabila telah ada korban yang mengalami kecelakaan disini, karena masih agak kurangnya pengawasan keselamatan oleh petugas pengelola. Kami juga sempat menaiki bukit di tepian sekitar air terjun, sungguh indah terlihat pemandangan dari atas bukit disini. Ada hal yang kami sayangkan saat menyusuri bukit di tepian air terjun, kami melihat sebuah hasil karya vandalisme(coret-coretan) di beberapa pepohonan yang kami temui disana. Sangat disayangkan bila petugas tidak tanggap menanggapi masalah ini, karena suatu saat keindahan air terjun ini dapat hilang oleh tangan-tangan yang sangat tidak bertanggung jawab.
Kesimpulan dan saran yang dapat kami ambil dari perjalanan ke Curug Citambur disini adalah, masih kurangnya petunjuk dan informasi yang ada dilokasi wisata. Seperti petunjuk arah, informasi mengenai penginapan, sikap warga yang kurang terbuka kepada pengunjung dan pemberitahuan larangan (bahaya) yang ada di objek wisata air terjun, mengingat kontur air terjun yang tinggi dan deras. Apabila kita berkemah dan bermalam disini, sebaiknya peralatan dan perlengkapan ditempatkan didalam tenda. Karena jika malam tiba, banyak hewan peliharaan warga seperti anjing, yang dilepas dan mencari makan diluar sekitar lokasi wisata. Kurang tegasnya pengelola dalam peraturan dilokasi wisata, karena sempat terlihat beberapa karya vandalisme (coret-coretan) di beberapa pepohonan yang ada dilokasi wisata. Seharusnya pemda setempat, mampu mempromosikan objek wisata Curug Citambur. Karena masih sedikitnya pengunjung yang mengetahui objek wisata ini. Serta pemda dapat membangun & menfasilitasi infrastruktur objek wisata, supaya lebih baik dan menarik para wisatawan.
Kurang lebih sekitar dua jam lamanya kami menikmati pesona air terjun disini, akhirnya sekitar pukul 15.00 wib kami bersiap untuk kembali pulang. Mengingat ternyata sore itu cuaca agak mendung, sehingga dikhawatirkan menghambat laju perjalanan pulang nantinya. Sekitar pukul 16.00 wib kami capcuss, lalu sampai di daerah Sukanegara kami beristirahat sejenak tepat di sebuah warung kopi. Setelah satu jam istirahat perjalanan pulang pun kembali dilanjutkan. Pas di pertigaan Cianjur Kota, kami pun berpisah dengan rekan Boy, yang pulang ke arah Cihampelas (Bandung). Setelah itu diteruskan menuju ke Bogor, dimana tepatnya di daerah Warung Jambu berpisah dengan rekan Babeh. Mengambil jalur ke arah Cibinong, untuk kembali ke Jatinegara (Jakarta) dan kami mengambil ke arah Parung - Depok.
- [message]
- Berikut beberapa opini para tim saat dilapangan:
- [accordion]
- Indra (Boy)
- Pengalaman saat expedisi ke curug citambur tidak akan terlupakan, di samping curug nya yang Indah nan elok ( pokok nya tidak akan bisa di ungkapkan dengan kata-kata deh). Bersama Team Punakawan Adex (Mikel, Ary, Gani, Babeh, Vitax & Abok) kami semua kompak dalam segala hal, niatnya sih tidak bermalam di lokasi. Tetapi situasi nya dan kondisinya mengharuskan kami bermalam, tenda pun sudah di persiapkan (walau 1 tenda hanya cukup kapasitas 4 orang). Sedangkan kami tujuh personil, sistem shift diberlakukan untuk berjaga. Pembagian tugas pun sudah diatur sebelum berangkat dari sekretariat, (ada yang pasang tenda, dokumentasi, host dokumentasi, dan bagian peralatan). Pokoknya kompak deh, lokasi Curug Citambur mudah di jangkau. Kendaraan pun bisa sampai lokasi parkir, baik motor ataupun mobil (bukan mobil sedan). Tetapi kita tetap harus berjalan kaki menuju curug (sekitar 200 s/d 300 meter) atau 10 menit, dilokasi parkir sudah tertata dan ada fasilitas seperti parkir, MCK, dan musholah, jadi pengunjung tidak perlu khawatir. Warung makan pun buka dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore, bagi yang bermalam disana tersedia juga tempat penginpan seperti villa, so dont worried. Keadaan di lokasi wisata cukup membuat kita melepas kepenata, lumayan buat refresh otak yang telah jenuh dengan rutinitas sehari-hari. Dijamin puas dengan menempuh jarak sekitar 150 km dari jakarta (kurang lebih 4-5jam). Disamping kelebihan pasti ada kekurangan, seperti warga di sana kurang ramah (agak tertutup mengenai informasi) dan cuek terhadap para wisatawan. Yang tepenting kami datang untuk keindahan alamnya, bukan warganya (padahal ngarep juga sih disambut… hehehehe…). Setelah bermalam di Curug Citambur, aktifitas kami padat (seperti pengambilan informasi berupa video, gambar dan wawancara), tak terasa waktu juga yang mengaruskan kami kembali. Namum keindahan alam Curug Citambur tak akan pernah hilang setitik pun. Bro and sis kalau ada waktu, luangkan untuk berkunjung kesana ya. Nikmatilah ciptaan yang Kuasa, dijamin kalian foto-foto (selfie) disana buat dokumentasi dan koleksi keren nantinya. Ok sekian dulu dah lagi capek nih, and thanks ya buat bro Syarif yang dah capek-capek edit-edit dibagian konten web punakawan... loppee yaa!!
- Fitrah (Vitax)
- Perjalanan ke Curug Citambur itu sangat lumayan melelahkan, jika ditempuh dari Jakarta kurang lebih sekitar 180km/jam. Tapi semua itu terbayarkan dengan keindahan air terjunnya, yang ternyata air terjun Curug Citambur termasuk air terjun tertinggi ke - 7 di Indonesia. Tapi yang sangat disayangkan lokasinya, seperti tidak dirawat oleh pemda sekitar. Dan terlihat lokasi tersebut hanya warga sekitar yang mengelola. Jika menjelang malam disana, seperti tidak ada kehidupan, padahal banyak warung-warung kecil yang bisa kita jadikan tempat beristirahat. Namun saying, warung tersebut tidak 24 jam buka (hanya beroperasi sampai jam 5 atau 6 sore saja). Tapi semua itu tetap menyenangkan sudah blusukan bareng "PUNAKAWAN ADEX".
- Winda (Abox)
- Perjalanan yang kurang lebih 180 km dari Jakarta, lumayan melelahkan buat. Semua terbayarkan pas sudah sampai dilokasi. Pas di pintu masuk langsung disambut sama pemandangan indah, danau kecil tapi lupa namanya. Dari hasil blusukan kesana kita bisa simpulkan, jika wanawisata Curug Citambur masih kurang perhatian dari pemda setempat. Tempat tersebut dikelola sebagian sama warga lokal. Akses kedalam masih jelek jalanannya. Batu-batu agak besar dan lumayan berbahaya juga untuk dilintasi kendaraan maupun orang lewat. Di sekitar wisata Curug Citambur ada tempat penginapan dan cukup terjangkau harganya. Ada warung juga tapi sayangnya tidak 24 jam, hanya sampai jam 5 sore doang. Soal kebersihannya sekitar lokasi juga masih kurang terpelihara, masih ada saja sampah berserakan dimana-mana. Jika soal mata pencaharian warga disana adalah bertani dan berkebunan. Informasi yang kita dapat dari warga, tidak ada pantangan/larangan pas berkunjung kesana, yang penting jaga bicara dan sikap. Harapan gw sih kedepannya tempat wisata disana lebih diperhatikan lagi sama pemda setempat, agar bisa dikenal lebih banyak orang lagi. Capek, lelah pasti terbayarkan pas sudah sampai disana.
- Ary (Ajex)
- Wanawisata ini jika dikelola dengan baik, rapih dan benar, akan mendatangkan para turis lokal maupun luar. Hanya saja masyarakat di sekitar wanawisata ini agak kurang welcome dan kurangnya sosialisasi dengan kedatangan para pendatang yang berkunjung kesana.
- Kamino (Mikel)
- Kurangnya pemberitahuan untuk keselamatan pengunjung, karena lokasi air terjun ini agak curam dan terjal untuk aksesnya. Diharapkan adanya petugas untuk mengarahkan keselamatan para pengunjung.
- Bedul (Gani)
- Perjalanannya sungguh yesss!! Dijamin pulang-pulang refresh dan blegeddess!! Tempatnya OK, meskipun masih jarang yang berkunjung waktu kami semua kesana.
- Babeh
- Maknyoosss tempatnya, cuman jika dari Jakarta ditempuh, sepertinya masih agak kurang yang kenal ini obyek wisata disini. Hampir semua yang berkunjung sepertinya penduduk dari daerah Cianjur dan Bandung saja yang datang.
COMMENTS